PSK Bukan Manusia?!

Illustrasi: makassartribune.com

Sedemikian kejam dan tidak adilnya manusia terhadap manusia lainnya dengan memperlakukan mereka seperti binatang, hanya karena mereka dianggap pendosa. Lebih parahnya lagi lalu menggunakan atas nama Dia, bangsa dan Negara, juga surga dan neraka. Apakah Dia pernah memperlakukan manusia ciptaan-Nya juga seperti binatang?! Apa dan siapakah manusia?! Sadarkah?!

Melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana perlakuan para “aparat” memperlakukan para  Pekerja Tuna Susila yang tertangkap di dalam sebuah operasi menjelang Ramadhan lalu, membuat hati saya sangat miris. Aneh, kenapa hanya perempuannya saja yang digiring untuk diperiksa sementara para pria “pembeli” mereka dibebaskan begitu saja. Mereka lalu diperlakukan seperti pesakitan, pendosa, dan binatang yang menjijikkan. Seenaknya saja diseret, dijambak, “dipegang” secara tak sopan dan tidak senonoh, dan dinaikkan ke dalam sebuah truk yang penuh sesak.

Lalu, setibanya di “markas”, mereka pun “dipilih” dan “dipisahkan” entah berdasarkan apa kategorinya. Namun sekilas nampak jelas, mereka yang nampak cantik dan menarik, dipisahkan di ruang tersendiri. Barangkali saya yang berpikiran kotor, karena saya tidak menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada “perempuan terpilih” itu. Apapun bisa terjadi di dalam kamar itu, dan siapa yang tahu selain mereka yang berwenang di sana. Apapun bisa dilakukan selama ada yang berkuasa dan ada yang merasa tak berdaya bukan?!  Bisa saja rumor yang beredar di masyarakat tentang perilaku para “aparat” itu benar adanya, siapa yang tahu?! Seks, Politik, dan PSK jelas berhubungan erat, kok!!!

Sudah bukan cerita baru yang harus ditutupi juga bila kemudian para “mami” sibuk datang menjemput dan membayar “upeti” untuk membebaskan “anak-anak” mereka. Dari sekian ratus yang terjaring, berapa banyak, sih, yang dimasukkan ke dalam Panti Sosial?! Ke mana yang lainnya?! Itu bila kita pikirkan secara logika, namun saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri semua itu benar terjadi. Meski tidak begitu jelas tetapi sangat nyata sekali.

Lucunya, mereka yang tertangkap masih ada yang merasa bersyukur karena yang menangkap mereka adalah aparat penegak hukum yang memang ditugaskan oleh Pemerintah. Nasib mereka yang tertangkap oleh mereka yang merasa “pembela Tuhan” dengan atas nama tertentu, jauh lebih memprihatinkan lagi. Menurut cerita salah satu dari mereka, seminggu sebelumnya ada operasi, dan ada perempuan yang tertangkap, karena melawan, perempuan itu pun dibakar.

Kebenaran apakah perempuan itu memang benar PSK atau tidak, tak pernah  diketahui yang sebenarrnya karena tidak ada kesempatan. Benar, perempuan itu tertangkap sedang bersama seorang pria di dalam kamar sebuah hotel  kelas melati, tetapi bukan berarti dia pasti seorang PSK bukan?! Pezinah?! Siapa yang membawa Surat Nikah setiap kali pergi?! Jika pun alasannya alamat dia dan pria yang bersamanya berbeda, bagaimana bila memang terpisah dengan berbagai alasannya. Bukankah di Negara ini ada peraturan tentang kepemilikan KTP yang bisa membuat seseorang memiliki banyak KTP?! Lagipula, pria yang bersamanya diusir pergi sehingga tidak bisa menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Kejam sekali, ya, pengadilan manusia. Sudah lebih dari Tuhan saja!!!

Jikapun memang benar perempuan itu sudah melakukan apa yang dianggap manusia sebagai perzinahan, maka kenapa sampai harus diperlakukan dan diadili sedemikian rupa?! Kenapa tidak “kedua-duanya” diadili dan dihukum?! Di manakah letak keadilan itu?! Dari mana tahu bahwa benar semua itu adalah perzinahan?! Apakah hanya karena belum menikah maka haram?! Bagaimana dengan kepemilikan surat nikah yang dilakukan dengan secara tidak tulus dan ikhlas dan hanya untuk “menghalalkan” perzinahan itu?! Apakah sudah pasti halal bila sudah memiliki surat nikah?! Hebat betul jika manusia bisa menentukannya. Tuhan pun lewat barangkali, ya?!

Bila kita bicara soal peraturan Hukum dan Perundangan yang sah dan berlaku, memang tidak bisa kita melawannya begitu saja. Semua peraturan itu harus ditegakkan dan ditaati dengan sebaik-baiknya. Yang menjadi masalah adalah, bagaimana dengan perilaku para penegak hukum itu sendiri?! Apakah mereka benar sudah menegakkan dan mentaati semua peraturan Hukum dan Perundangan itu?! Jika memang benar, tentunya tidak akan pernah bisa ada “upeti”, kan?! Lantas, bagaimana dengan mereka yang sudah melanggar hukum namun menggunakan atas nama kebenaran dan agama itu?! Kenapa mereka boleh dan bahkan dibiarkan terus ada dan merajalela?! Bukankah mereka sudah melanggar hukum?! Kok, dibiarkan Hukum dan Perundangan ini diinjak-injak seenaknya saja?! Memangnya mereka itu siapa?!

Jika pun kita bicara tentang bagaimana peraturan Hukum dan Perundangan itu, saya juga ingin mempertanyakan apakah sudah dibuat dengan seadil-adilnya?! Bagaimana, sih, sebenarnya prosedur penangkapan PSk itu dibuat?! Apa benar memang hanya “penjual”-nya saja yang bersalah, sementara “pembeli”-nya bebas?! Kenapa kalau urusan Narkoba, dua-duanya harus dihukum?! Sama sekali tidak jelas!!!

Lantas, apakah semua operasi yang dilakukan ini benar bisa mengurangi jumlah PSK dan menurunkan penyebaran penyakit kelamin?! Benarkah bisa menjamin bahwa mereka menjadi lebih bermoral dan kembali ke jalan yang “benar”?! Siapa yang bisa menjamin semua itu?! Apa ada yang membantu mereka untuk bisa hidup secara layak dan mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri dan keluarga mereka?! Berapa banyak, sih, lowongan tempat kerja yang bersedia menampung  dan mempekerjakan mereka?! Jika pun diberi ketrampilan, modalnya dari mana?! Siapa juga yang membantu mereka untuk bisa memasarkan hasil kerja dan karya mereka?!

Di dalam hal ini, saya tidak berarti membenarkan seseorang untuk menjadi PSK, tetapi hendaknya di dalam mengatasi sebuah masalah, sebaiknya dipelajari dengan baik dan matang untuk bisa diambil tindakan penyelesaian yang “benar”. Hukum dan peraturan yang dibuat dan diberlakukan sebaiknya adil dan semua rentetannya dari awal hingga akhir, harus jelas dan “benar”. Lokalisasi saja ditutupi, bagaimana bisa “mengontrol” mereka?! Jika kemudian mereka menjadi tersebar ke mana-mana, siapa yang harus disalahkan?! Memangnya mudah memberantas pekerjaan paling tua di dunia?! Memangnya ada Negara yang meski sangat  taat sekalipun tidak memiliki PSK?!

Begitu juga di dalam urusan moral dan agama, bagi saya sudah amat sangat tidak bisa diterima bila sudah seenaknya saja memperlakukan manusia lainnya sedemikian rupa. Apakah bila sudah demikian, maka sudah pasti lebih bermoral dan sudah pasti lebih baik dari mereka semua yang sudah diadili dan dihukum?! Apakah dengan demikian, agama itu sudah pasti juga ditegakkan?! Agama yang penuh dengan cinta, kasih sayang, dan damain itu pun berubah jadi pelecehan, hinaan, dan kekerasan. Apakah ada di dalam ajaran agama manapun juga yang mengajarkan bahwa manusia berhak dan boleh melakukannya?! Tidak malu apa sama Dia?!

Sungguh saya tidak mengerti mengapa semua ini dibiarkan terus berlanjut. Sama sekali tidak habis pikir juga, kenapa semua ini bisa dianggap benar dan baik. Apa sebenarnya yang ada di dalam pikiran dan hati kita semua, ya?! Apakah benar ada di antara kita yang memang suci?! Siapakah pemilik kunci surga yang sebenarnya?! Kita ini manusia ataukah kita ini tak lebih dari sekedar binatang?! Binatang pun masih memiliki hati, kok! Lalu, kita ini apa dan siapa?!

Semoga saja tulisan ini bisa membuat kita bisa semakin rendah hati dan terus mau belajar. Tak ada manusia yang akan pernah bisa belajar dengan lebih baik bila sudah terlalu tinggi hati dengan kesimpulan yang dibuat hanya beradasarkan kaca matanya sendiri semata.

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

About bilikml

Saya adalah saya yang memiliki cinta untuk semua. Biarlah semua yang saya tulis menjadi ibadah, hormat, dan pengabdian kepada Yang Maha Kuasa agar berguna dan bermanfaat bagi semua yang saya cintai, Indonesia. Long lasting love for lust.... Freedom toward never ending and never last happiness.
This entry was posted in Perubahan, Sosial dan Politik and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

4 Responses to PSK Bukan Manusia?!

  1. edysatarigan says:

    Ini tandanya SDM penegak hukum di negeri ini bermasalah…
    Bagaimana mau hukum tegak jika para penjaganya saja adalah pembobol…
    Akhirnya wajar jika masyarakat bilang “maling berseragam” tapi takut dengan simbul2 tertentu yg jelas2 melanggar hukum yg berlaku.
    Aneh ya, kok para pemimpinnya tutup mata? Jangan2? Hmmm

  2. latakasU21 says:

    aku suka artikel ini, ini bsa sbgai bhan referensi saya..
    salam berkarya dan slalu bepikir kritis terhdap tiap permasalahan.

Leave a comment