Penyebab Pemerkosaan: Rok Mini Atau Otak Mini?!

"Pantaslah bila tong kosong lebih nyaring bunyinya" Illustrasi: filsafat.kompasiana.com

Sedih rasanya mendengar pernyataan seorang yang mengaku pemimpin menyebutkan bahwa pemerkosaan di angkutan kota baru-baru ini disebabkan karena “rok mini”. Memang, rok mini bisa mengundang birahi, tetapi semua itu tergantung pada pola pikir dan cara pandang orang yang memandangnya saja. Tidak semua orang menjadi terangsang bila melihatnya bukan? Mengapa ada yang bisa terangsang dan ada yang tidak?!

Kita seringkali dengan mudahnya menyalahkan “fisik” sebagai pemicu dan penyebab terjadinya pemerkosaan dan pelecehan seksual. Padahal, pada fakta dan kenyataanya, pemicu dari semua itu disebabkan oleh masalah psikologis dan mental. Tidak mudah bagi seseorang yang “normal”, “sehat”, dan “waras” secara psikologis untuk melakukan pemerkosaan, begitu juga dengan mereka yang bermental kuat dan tidak labil, amat sangat sulit untuk bisa melakukannya. Lain ceritanya bagi yang “sakit”, memiliki kelainan atau penyimpangan jiwa, dan bermental lemah serta labil.

Pemerkosaan dan pelecehan seksual itu bisa terjadi pada siapa saja, bahkan jumlah korban pemerkosaan di Indonesia yang menggunakan pakaian “lengkap” dan bahkan berjilbab dan tertutup, jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang berpakaian “terbuka”. Pemerkosaan dan pelecehan seksual ini pun tidak hanya dilakukan oleh “orang lain” yang tak dikenal, tetapi justru lebih banyak dilakukan oleh keluarga dan kerabat dekat, tetangga sekitar, dan bahkan tak sedikit suami sendiri yang melakukannya.

Seperti contohnya kasus seorang perempuan berjilbab yang memiliki suami seorang pejabat penting di sebuah daerah “bermoral dan bermartabat” di Indonesia. Dia harus menghadapi perlakuan kasar suaminya yang memang senang melakukan kekerasan. Dia bisa diperkosa oleh suaminya, dipukul hingga babak belur, hanya karena suaminya itu terbakar rasa cemburu yang berlebihan. Tidak lagi mampu mengontrol dan mengendalikan diri dan menuduh istrinya telah berselingkuh padahal semua itu tidak pernah dilakukannya. Istrinya sendiri pun bisa diperkosa dengan sangat sadis. Jika demikian fakta dan kenyataannya, siapa yang harus disalahkan?! Patutkah dia menjadi pemimpin dan dipilih kembali menjadi pemimpin?!

Di lain sisi, kita juga harus bisa menerima fakta dan kenyataan bahwa bukan hanya perempuan saja yang menjadi korban pemerkosaan dan pelecehan seksual. Tidak hanya dilakukan di tempat tertutup, tetapi di kendaraan umum dan tempat terbuka pun sering terjadi.  Banyak pria pun yang menjadi korban namun sulit sekali bagi mereka untuk berani mengakuinya. Di dalam masyarakat yang masih “sempit” dan “mini”, pria yang melaporkan telah diperkosa dan dilecehkan secara seksual tentunya justru akan membuatnya lebih sulit lagi menghadapi kehidupan. Lantas, apakah ini disebabkan karena pria tersebut menggunakan pakaian seksi?!

Oleh karena itulah, saya tidak setuju bila kemudian penyelesaian masalah ini adalah dengan pembuatan “tempat dan sarana khusus” bagi perempuan, seperti gerbong kereta api khusus perempuan. Ini tidak akan menyelesaikan masalah, karena bukan itu intinya. Perempuan justru malah dibuat menjadi semakin lemah meskipun alasannya adalah emansipasi dan melindungi “makhluk yang lemah” serta keadilan. Ekslusifitas ini menuruts saya justru sudah mendorong diskriminasi dan sama sekali tidak adil.

Ini bukan masalah soal agama dan keyakinan semata, kita tidak bisa kemudian berkata bahwa dengan pendidikan agama yang kuat maka semua ini tak mungkin terjadi. Bila memang benar demikian, maka tidak mungkin seorang “pemuka dan guru” agama melakukannya bukan?! Tidak mungkin juga terjadi di daerah yang “kuat dan taat” agamanya. Saya tidak bermaksud untuk mengecilkan soal agama ini, tetapi untuk menyelesaikan masalah seksual, kita harus menyelesaikannya dari segala bidang dan sisi, tidak bisa hanya dari salah satu saja.

Kita juga tidak bisa menjamin bahwa pakaian yang tertutup bisa menyelesaikan masalah ini. Gairah dan birahi bisa terpicu bukan hanya dari tampilan fisik saja. Kata dan suara pun bisa membangkitkan gairah. Jika tidak, mana mungkin chat dan phone sex bisa sedemikian ramainya?! Malah sekarang ini sudah seperti kebutuhan dan kebiasaan yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Yang penting bisa dijadikan sarana untuk bisa melampiaskan nafsu biarpun seringkali mengatasnamakan cinta.

Untuk menyelesaikan masalah pemerkosaan dan pelecehan seksual, seharusnya kita bisa melihat terlebih dahulu inti permasalahan yang menyebabkan hal ini terjadi. Kondisi psikologis sosial masyarakat sangat berpengaruh yang mendorong jumlah kasus-kasus kriminal seksual terjadi. Tekanan ekonomi, nilai-nilai dan pandangan di dalam masyarakat, stabilitas kondisi masyarakat tidak bisa lepas dari semua ini. Begitu juga dengan pendidikan termasuk sistem pendidikan dan cara mendidiknya.

Pemerintah seharusnya berani untuk berjiwa besar mengakui bahwa kondisi keamanan di kendaraan umum memang sangatlah tidak nyaman dan sama sekali tidak aman. Banyak celah yang bisa mendorong terjadinya kejahatan kriminal dalam bentuk apapun yang bisa terjadi di kendaraan umum. Sehingga tidak sepantasnya bila kemudian menyalahkan korban yang menggunakan rok mini. Mengapa tidak mencari solusi agar keamanan itu ditingkatkan?! Apa tidak juga memiliki keinginan untuk melakukannya sehingga harus terus terjadi dan terjadi lagi?!

Di sisi lain, masyarakat juga seharusnya waspada dan mampu untuk menempatkan diri sesuai posisi, waktu, dan tempatnya, termasuk cara berpakaian dan berperilaku. Kesadaran untuk beretika, termasuk di dalam berpenampilan, seringkali diabaikan dengan berbagai alasannya. Kebebasan dan demokrasi serta tuntutan untuk mendahulukan hak daripada kewajiban tidak berarti bisa seenaknya saja. Kehormatan seseorang bisa dijaga dan diraih dengan kemampuannya untuk bisa menempatkan diri dan menghormati yang lainnya.

Kita juga semua harus sadar penuh betapa pentingnya kita semua belajar tentang seks secara utuh dan menyeluruh serta benar. Bukan melulu soal bagaimana meraih kepuasan di atas ranjang dan menjaga harmonisasi bersama pasangan. Seks itu sangat luas sekali, dan diperlukan pikiran terbuka serta hati yang terbuka untuk bisa memahami arti dan makna dari seks itu sendiri. Bagaimana kita mengerti dan memahaminya, sangat tergantung pada pikiran dan hati kita sendiri. Bila kita terus menjadikan seks itu porno, maka seks akan terus menjadi sesuatu yang porno.

Tidak perlu yang jauh-jauh, mengerti saja tentang tubuh dan dirinya sendiri, sudah sangat membantu setiap orang untuk bisa menjaga, merawat, dan menghormati dirinya sendiri. Seperti contohnya pengetahuan tentang apa itu sperma dan apa itu rahim dan kenapa alat kelamin serta organ seksual perlu dijaga dan dirawat akan sangat berpengaruh. Kita tidak bisa hanya mengajarkan bahwa ini dosa dan itu salah. Berikan penjelasan yang bisa diterima dan dengan sebenar-benarnya agar semua bisa menjaga diri dan merawatnya. Mengetahui bahwa semua yang ada di dalam tubuh kita ini merupakan anugerah terbesar dari-Nya, bukankah merupakan bagian dari rasa syukur dan hormat kepada-Nya?! Kenapa, dong, pendidikan seks dilarang?!

Kita semua tidak perlulah saling menyalahkan satu sama lain bila terjadi kasus-kasus seperti ini. Kita semua sadar penuh bahwa kondisi psikologis masyarakat sekarang ini sangatlah buruk. Keadaan ekonomi yang buruk, kondisi sosial yang tidak nyaman dan penuh dengan peperangan, kondisi politik yang sangat tidak kondusif dan selalu dipenuhi dengan “pemanfaatan”, kualitas pendidikan yang buruk dengan kualitas daya baca dan bahasa yang rendah, kebodohan dan pembodohan yang terus berlanjut,  rendahnya rasa percaya diri dan sudah hilangnya jati diri, kemunafikan yang sangat luar biasa, merupakan sebagian masalah yang perlu dicermati. Semua itu sangat berpengaruh pada kejiwaan yang tidak bisa dipungkiri atau dianggap tidak ada atau tidak penting sama sekali. Jangan tinggi hatilah! Tinggi hati membuat kita menjadi terbatas dan membatasi diri sehingga tidak mampu untuk menjadi objektif dan menambah wawasan.

Kasus-kasus kriminal termasuk pemerkosaan dan pelecehan seksual banyak terjadi di tempat-tempat yang memang kondisi psikologis masyarakat dan keadaannya memang demikian. Apakah kita harus menutup mata terus dan mengalihkannya dengan menyalahkan hal-hal yang lainnya?! Pemimpin yang sudah “sakit jiwa” memperkosa istrinya sendiri pun masih juga dipuja dan dianggap hebat. Mereka yang “berotak dan berhati mini” pun masih dipilih jadi pemimpin. Siapa yang “sakit”, sih?!

Marilah kita semua untuk belajar menggunakan otak dan hati yang merupakan berkah terbesar kita sebagai manusia secara sebaik-baiknya dan seimbang. Janganlah kita “berotak dan berhati mini” agar semua masalah kita bisa diselesaikan dengan baik. Kita semua tidak ingin, kan, masa depan hancur karena kesalahan “otak dan hati mini” kita semua?! Yuk, rendahkan hati untuk belajar menghormati semua anugerah-Nya!

Salam hangat selalu,

 

Mariska Lubis

18 September 2011

 

About bilikml

Saya adalah saya yang memiliki cinta untuk semua. Biarlah semua yang saya tulis menjadi ibadah, hormat, dan pengabdian kepada Yang Maha Kuasa agar berguna dan bermanfaat bagi semua yang saya cintai, Indonesia. Long lasting love for lust.... Freedom toward never ending and never last happiness.
This entry was posted in Pendidikan Sosial, Perubahan, Sosial dan Politik and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

10 Responses to Penyebab Pemerkosaan: Rok Mini Atau Otak Mini?!

  1. djoe says:

    hukum yang tidak bertaji penyebabnya,misal satu nyawa ganti satu nyawa,kalau membunuh lebih dari satu,maka orang terdekat si pembunuh juga mendapat hukuman mati ( misalnya istri atau orang tua ),walaupun mereka tak terlibat,.. kita lihat masih adakah yang berani menghilangkan nyawa orang lain dengan mudah..

    • bilikml says:

      masalahnya ada pada pola pikir dan wawasan… selama semua masih terbatas dan dibatasi oleh diri sendiri dan juga lingkungan, maka tidak akan pernah bisa menjadi lebih baik. terima kasih untuk pendapatnya yang sangat berharga.

  2. Sahala says:

    Pola pikir dan wawasan, itu tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi kedua-duanya mencerminkan ‘hati’ seseorang. Artinya, dari hatilah asal muasalnya. Dari sumber air yang kotor tidak mungkin keluar air yang bersih. Dari hati yang kotor sangat mustahil keluar pikiran, wawasan dan tingkah laku yang bersih dan mulia. Jadi, siapa yang bisa membersihkan hati manusia yang memang pada dasarnya sangat kotor dan penuh dosa?. Pelajaran budi pekerti, pelajaran agama sama sekali tidak cukup, itu hanya cukup mengisi dan menyentuh otak/pikiran manusis. Kalau begitu siapa yang mampu masuk ke dalam, menyentuh dan membersihkan hati manusia?. Firman Tuhan menegaskan: Hanya kuasa Isa Almasih

  3. arif says:

    tidak perlu saling menyalahkan mana yang paling salah, rok mini atau otak kotor. marilah kita saling menjaga diri, yang alki-laki jangan mudah terpancing kalau melihat rok mini yang perempuan jangan memancing dengan rok mini.
    “Seperti contohnya kasus seorang perempuan berjilbab yang memiliki suami seorang pejabat penting di sebuah daerah “bermoral dan bermartabat” di Indonesia. Dia harus menghadapi perlakuan kasar suaminya yang memang senang melakukan kekerasan. Dia bisa diperkosa oleh suaminya, dipukul hingga babak belur, hanya karena suaminya itu terbakar rasa cemburu yang berlebihan”. ini kasus dimana ya? yang detail dong sumbernya biar ga dianggap fitnah or asbun.

  4. cherlin says:

    Semua yg komen termasuk yg nulis ni postingan ngerti semua hal. Masalahnya adalah semua ini tuh.. “Semua ini hanyalah wacana-wacana saja…” Jadi biar tidak gampang menyalahkan org, mari saling menjaga diri, teman, saudara dan keluarga. Waspadalah! Waspadalah…!! 😉

  5. Cinta says:

    Menurutku sih, menyalahkan siapapun pada dasarnya tidak akan memecahkan permasalahan.
    Yang perlu dipahami oleh kita semua adalah segala sesuatu terjadi tidak lepas dari hukum sebab-akibat dan adanya kesempatan. Cewek yang memakai rok mini tentu tidak akan menjadi korban perkosaan jika tidak berada di dekat orang yang sakit mental/moralnya. Artinya, kalau memang mau pakai rok mini, ya lihat-lihat dulu apakah ada orang yang sakit mental/moral di sekitarnya. Kita tidak bisa menyalahkan cewek yang pakai rok mini, tapi menyalahkan orang yang sakit mental/moral juga tidak akan menyelamatkan korban perkosaan. Intinya, cewek yang tidak bisa tidak pakai rok mini ya harus extra waspada ketika sedang berpakaian yang mini-mini, apalagi kalau sudah tahu bahwa banyak orang yang sakit mental/moralnya. Jangan sekali-sekali berharap bahwa orang yang sakit mental/moral tersebut akan toleran terhadap cewek ber-rok mini. Ibaratkan saja begini: kamu tahu di jalan X ada beberapa anjing galak yang terjangkit rabies, sedangkan jalan Y dan Z sudah dibersihkan dari anjing-anjing gila. Kalau kamu maksain diri jalan kaki di jalan X melewati anjing-anjing gila itu, dengan harapan mereka tidak akan menggigit, lalu ternyata kamu digigit anjing tersebut, masa mau nyalahin anjing? Wing udah tahu anjingnya gila kok, kok malah jalan kaki di dekatnya. Anjingnya memang perlu diobati, atau dimusnahkan kalau memang nggak bisa disembuhkan, tapi sebelum anjing-anjing itu dibersihkan atau dihilangkan dari jalan X, ya kamu jangan lewat jalan X dulu lah. Masih ada jalan X, Y, dan Z kok. Gitu aja kok repot.

  6. Lutfia says:

    menurut saya, seseorang tidak akan melakukan hal yang tidak baik jika dia memiliki iman yang kuat. seorang pemuka agama ataupun guru melakukannya karena mereka tidak dilandasi iman yang kuat. status kita dimasyarakat tidak menjamin seberapa kuat iman yang kita miliki. landasi iman kita dengan berpegang teguh pada Al-Quran dan hadist,

Leave a reply to arif Cancel reply