Meningkatkan Kualitas Menulis di Bulan Puasa

Bulan puasa adalah bulan yang penuh dengan rahmat. Bukan hanya untuk memperkaya hati dan bathin kita, tetapi juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dalam menulis. Di mana pada saat kita berpuasa, merendahkan hati membuat kita menjadi lebih mudah untuk merasakan apa yang terjadi dengan sekitar kita. Membuat kita juga semakin banyak belajar tentang diri kita sendiri dan juga yang lainnya. Semua itu sangat bermanfaat dalam meningkatkan mutu dan kualitas tulisan. Tanpa rasa, tulisan akan menjadi hambar dan tak memiliki arti dan manfaat yang sesungguhnya.

Saya belajar dari pengalaman saya, di mana setiap kali saya sedang berpuasa, saya menulis lebih banyak dari biasanya. Pada awalnya tentu saja untuk membuat agar saya lupa sedang menahan lapar dan haus, serta mengalihkan perhatian saya untuk melakukan sesuatu yang sekiranya bisa membuat saya bisa lebih menahan diri. Lalu kemudian setelah saya amati, ternyata setiap kali saya menulis di bulan puasa, ada banyak sekali rasa yang saya tuangkan di dalamnya. Saya menjadi lebih sensitif dari biasanya.

Membayangkan bagaimana orang-orang sibuk memasak untuk sahur dan berbuka puasa membuat saya bisa mencium bau masakan yang dihidangkan. Membayangkan bagaimana orang-orang berpuasa di tengah teriknya cuaca, membuat saya bisa merasakan bagaimana haus yang mereka rasakan. Membayangkan orang-orang yang kebingungan mencari makanan untuk berbuka puasa, membuat saya merasakan sakit dan perihnya perut mereka. Jauh lebih terasa dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

Saya pun lalu berpikir, apakah memang karena sedang harus menahan diri maka menjadi lebih sensitif?! Saya pun teringat dengan seseorang yang saya anggap guru saya, yang pernah mengatakan bahwa makanan dan minuman sebenarnya hanyalah perusak dari rasa. Ada benarnya juga, karena kalau perut saya kenyang, saya malah jadi tidak bisa menulis. Terkena sindrom penyakit turunan. Habis makan, kenyang, lalu mengantuk. Hehehe….

Memang kalau pas sedang puasa rasa kantuk itu sering melanda, tetapi menurut saya, itu memang godaan yang terberat. Sebenarnya semua itu bisa dikendalikan dengan pikiran kita sendiri. Bila kita memang ingin melakukan sesuatu dan tidak memanjakan diri, pasti mampu untuk melawannya. Sulit melawan diri sendiri, padahal di dalam menjalankan puasa, justru diri sendirilah yang paling harus dilawan. Makanya, buat saya, menjadi tidak produktif dan menjadikan puasa sebagai alasan untuk menjadi lebih malas sama sekali tidak bisa masuk ke dalam logika saya. Kenapa puasa harus menjadi alasan?!

Bila ingin mencoba untuk meningkatkan kualitas menulis, cobalah lakukan pada saat berpuasa. Jadikanlah menulis itu sebagai bagian dari ibadah. Memberikan banyak arti dan manfaat bagi semua lewat menulis bukankah juga bagian dari ibadah?! Menulis bukan asal menulis ya!!! Bukan pula menulis hanya untuk memuaskan ego, hasrat, dan nafsu semata!!! Menulislah yang benar-benar untuk semua dengan penuh cinta dan ketulusan hati.

Paling tidak mulailah dengan belajar dengan memberi komentar yang menghargai dan menghormati penulisnya. Kita semua sadar bahwa karya tulis adalah buah pemikiran dan buah karya yang sudah sepantasnya dihargai dan dihormati. Bukan dalam bentuk pujian ataupun caci maki yang saya maksudkan di sini, tetapi berusahalah untuk mengerti isi dari tulisan yang ada. Bacalah dengan benar-benar membacanya.

Usahakan untuk selalu mengawali dan mengakhiri menulis dengan doa. Ini adalah ritual yang menurut saya penting, karena semua yang diawali dengan niat yang baik pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Sehingga apa yang kita tuliskan benar-benar memberikan arti dan manfaat. Ini adalah pilihan, setiap orang memiliki cara masing-masing. Ini adalah pilihan yang saya lakukan, yang mungkin berbeda.

Di dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi tips menulis bagi pemula untuk dapat meningkatkan kualitas menulisnya selama bulan puasa ini. Mulailah dengan mencoba untuk mencoba menulis dengan menggunakan kata-kata yang positif dan denotatif. Tidak memberikan konotasi yang negatif. Bagi yang belum terbiasa pasti akan sulit, tetapi cobalah untuk diusahakan. Paling tidak bisa dimulai dari pemberian judul.

Contoh; Terkutuklah Mereka Yang Tidak Berpuasa. Judul yang sifatnya sangat negatif dan sangat tidak enak dirasa di hati. Dari judulnya saja sudah membuat orang marah dan ingin berbuat yang tidak baik. Kenapa tidak diganti menjadi; Berbahagialah Mereka Yang Menjalani Puasa. Beda sekali, kan, rasanya?!

Mengapa saya menganjurkan judul itu dibuat terlebih dulu?! Karena judul bisa membuat penulis terfokus kepada tujuan dari sebuah tulisan, sehingga tidak perlu lari ke sana ke mari, tetapi tetap fokus. Bagi yang sudah terbiasa menulis dengan baik, tentu saja tidak menjadi masalah kapan judul dibuat, tetapi untuk pemula dan yang masih mau belajar, coba, deh, trik ini. Mau kemudian dimodifikasi lagi setelah tulisan selesai, lain ceritanya. Yang penting adalah judul bisa membuat kita terfokus.

Lanjutkan kemudian ke awal tulisan, di mana awal tulisan merupakan pembuka dari inti sebuah tulisan. Di awal tulisan selalu dituliskan apa yang menjadi latar belakang tulisan kita, apa yang ingin dicari dan disimpulkan, serta apa yang ingin diuraikan. Awal tulisan ini sebenarnya adalah uraian dari tema sebuah tulisan dan penjabaran dari judul yang telah dibuat. Mulailah dengan kalimat utama yang juga sifatnya positif.

Contoh; Banyak yang tidak menghormati dan menghargai orang yang sedang berpuasa. Itu merupakan kalimat pembuka yang negatif. Bagaimana kalau diubah menjadi; Berpuasa adalah waktunya untuk belajar untuk menghormati dan menghargai mereka yang berpuasa dan tidak berpuasa. Beda, kan?!

Khusus untuk alinea awal yang merupakan pembuka tulisan. Kalimat utama bisa dilanjutkan dengan kalimat-kalimat utama lainnya yang merupakan isi dari tulisan.

Lanjutkan kalimat utama tadi dengan kalimat penunjang yang menjabarkan inti dari kalimat utama tadi.. Jangan terjebak dengan membuat kalimat utama yang baru, yang pada akhirnya membuat tulisan menjadi sempit dan rumit. Fokuslah pada kalimat utama tersebut dan cobalah untuk membuat kalimat-kalimat baru yang menguraikan apa maksud dari kalimat tersebut.

Memang ini adalah kendala yang paling sering dihadapi oleh penulis pemula, di mana belum bisa membedakan mana kalimat utama dan mana kalimat penunjang. Untuk lebih mudahnya, kalimat utama adalah pokok pikiran dari sebuah alinea. Sementara kalimat penunjang adalah keterangan dari pokok pikiran tersebut yang dijabarkan dalam alinea yang sama.

Alinea terakhir merupakan penutup yang isinya adalah kesimpulan atau jawaban dari alinea pertama. Kalimat utamanya adalah berisi kesimpulan atau jawaban yang paling penting. Bisa kemudian ditambahkan lagi alinea selanjutnya sebagai ”penghias” yang menambah penekanan atas kesimpulan atau jawaban dari isi tulisan.

Teruslah berlatih dan jangan pernah takut salah. Selalu analisa tulisan yang sebelumnya agar bisa melihat apa yang kurang dan apa yang lebih. Biasanya kita memang suka malu membaca tulisan yang sebelumnya. Ini adalah hal yang wajar karena kita selalu ingin ada peningkatan dari sebelumnya. Jadi, tak perlu takut atau malu selama memang kita ingin belajar. Malulah bila sudah merasa tidak perlu belajar lagi. Itu artinya kita tidak akan pernah menjadi lebih baik lagi.

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

Salam,

Mariska Lubis

12 Agustus 2010

About bilikml

Saya adalah saya yang memiliki cinta untuk semua. Biarlah semua yang saya tulis menjadi ibadah, hormat, dan pengabdian kepada Yang Maha Kuasa agar berguna dan bermanfaat bagi semua yang saya cintai, Indonesia. Long lasting love for lust.... Freedom toward never ending and never last happiness.
This entry was posted in Seni Menulis and tagged , , , . Bookmark the permalink.

8 Responses to Meningkatkan Kualitas Menulis di Bulan Puasa

  1. Urip.wp.com says:

    Teruskan mbak… Enak nih bacanya. Menggugah rasa untuk koreksi diri.

  2. gibb says:

    Berguna sekali tips nya. Makasih mbak. Sering2 ya. Hehe

  3. herdica says:

    nice post.. btw.. mau nulis apa yach.?

  4. Dian says:

    menarik dan memberi saya semangat menulis (lagi) di bulan puasa

Leave a reply to Urip.wp.com Cancel reply