Malam telah menemui fajar dan lambaian tangan kekasih membuat hati menjadi diliputi oleh kerinduan. Tiada detik ingin pergi dan terlewatkan tanpa dirinya di dalam diri ini. Betapa cinta dan rindu saling berkait dan terus menerus melingkupi diri dan hati. Ah! Indahnya cinta!
Masih terbayang di pelupuk mata keindahan raut dan rona wajah kekasih tercinta. Masih juga bisa dirasakan kehangatan pelukan, belaian, dan kecupan mesranya. Kata-kata indah manis terasa dan sangat lembut menyentuh hati dan jiwa yang dibisikkannya di telinga masih terngiang-ngiang. Baru saja semua itu nyata adanya, namun semua itu baru saja juga harus berakhir.
Dia pergi bukan karena ingin pergi ataupun berniat meninggalkan tetapi ada keterpaksaan yang mengharuskannya pergi. Berat rasanya hati ini melihatnya pergi meski senyum di wajahnya selalu tersungging dan selalu ada tawa canda yang mengiringinya. Tatapan mata dan kerutan di dahinya tak bisa dipungkiri. Tarikan dan deru nafasnya telah membuat sesak di dada.
“Saya pergi dulu, ya, sayang.”
“Pergilah, sayang. Hati-hati, ya! Bawalah cintamu. Biarkan dia tetap bersemi dan mengembang.”
Habis kata seketika untuk diuraikan dan diungkapkan. Yang tersisa hanyalah bayang-bayang di dalam pelupuk mata dan ada rasa yang tertinggal di dalam hati.
Tak lama kemudian, kata itu pun kembali lagi ada. Siapa yang kuasa menahan kata untuk mengurai cinta dan kerinduan?!
“Saya sudah di jalan, sayang.”
“Aduh! Betapa diri ini sangat merindukanmu.”
“Doakanlah agar saya mampu menjaga rindu ini.”
“Saya selalu berdoa agar dirimu bisa meraih kebahagiaanmu.”
“Saya pun demikian. Untukmu dan buatmu. Berbahagialah kamu, kekasih jiwa.”
Desah dalam dan panjang kembali dan semakin menjadi-jadi. Mata terpejam dan nampak di sana upaya diri menahan tangis. Duuuhhhh!!! Betapa cinta tak ingin mengenal kata berpisah.
“Sayang, dirimu membuat diri ini diliputi segala kerinduan.”
“Jagalah dirimu, semoga kau temukan jawaban atas rindu itu.”
—–
Langkah kaki semakin menjauh
Kuyakin kau masih menatap punggungku
Entah mengapa bayangmu selalu hadir di depanku
Seperti ingin mengiringi langkahku
Ah! Tiba-tiba semua tentangmu, dirimu, mimpimu hadir
Memenuhi isi kepalaku
Betapa senyum, lirikan matamu, bola matamu yang indah namun liar itu, juga uraian rambut panjangmu
Membuatku ingin berbalik dan kembali padamu
Kekasih, nyana nyata realita berkata lain
Aku tak mampu melakukan itu
Biarlah aku tetap berjalan menahan diri
Membawa mimpi itu bersamaku
Doa dan harap semoga di ruang dan waktu ke depan mimpi menjadi nyata.
—–
Rambut ini menjadi gatal tiba-tiba dan terus digaruk. Kuku tak henti digigit dan digerogoti. Semua yang dilakukan menjadi salah. Apapun yang ingin dilakukan menjadi tiada. Tutup bantaaalll!!!
“Gusti, tolong!!!”
—–
Sungguh tidak mudah untuk bisa melepas kekasih hati meski hanya sekejap dan sesaat. Meskipun juga sadar penuh bahwa cinta itu selalu ada dan dia pun sesungguhnya tidak pernah pergi. Hati dan pikiran yang diliputi rasa cinta memang selalu dipenuhi juga oleh rasa rindu. Rindu adalah tali pengikat rasa cinta.
Rasa percaya dan keyakinan bahwa cinta yang dimiliki itu adalah memang benar adanya dan dimiliki oleh bersama dan benar-benar untuk bersama adalah yang membuat semuanya selalu menjadi indah. Rasa sedih yang ada itu pun sebenarnya buah dari keindahan cinta itu sendiri. Berbeda bila rasa percaya dan keyakinan itu tidak ada. Yang muncul bukanlah keindahan tetapi sebuah rasa yang membuat sakit dan sama sekali tidak indah.
Rasa cemburu seringkali dianggap sebagai bagian dari ungkapan dari rasa cinta yang muncul dengan sendirinya. Sesungguhnya, rasa cemburu itu adalah karena tidak adanya rasa percaya dan keyakinan terhadap cinta itu sendiri, baik cinta yang diberikan maupun cinta yang dimiliki, baik juga terhadap yang dianggap kekasih hati maupun diri sendiri. Ego yang muncul ditambah rasa takut dan ketidaksiapan di dalam menghadapi apa yang terjadi nanti, membuat rasa cemburu itu semakin kuat dan menjadi. Yah, wajar. Siapa sih, yang mau merasa sakit dan sedih ketika cintanya terpisah?! Siapa yang tahan ketika terasa hilang dan sirna dalam genggaman tangan?!
Kebahagiaannya adalah kebahagiaan diri. Berbahagialah untuknya. Bebaskanlah diri dari segala ketakutan dan siapkanlah diri untuk mampu dan berani menghadapi segala sesuatunya. Percayalah bahwa yang terbaik dan terindah selalu diberikan oleh-Nya. Tidak ada satu detik pun, baik itu suka ataupun sedih, yang merupakan ujian, namun hanya pembelajaran agar bisa menjadi seseorang yang lebih baik lagi dan lebih sempurna lagi di dalam menggapai kebahagiaan dan kemerdekaannya.
Salam hangat penuh cinta selalu,
Mariska Lubis dan Edysa Tarigan